Hubble Potret Aurora Raksasa Di Jupiter


intipluarangkasa ~ Dengan menggunakan peralatan sensor ultraviolet teleskop Hubble, astronom berhasil melihat aurora yang menakjubkan berputar-putar di kutub Jupiter.

Jupiter, planet terbesar di tata surya, dikenal karena menjadi rumah bagi badai yang penuh warna, yang paling terkenal adalah Great Red Spot. Tapi planet raksasa ini juga menjadi tuan rumah beberapa pertunjukan cahaya yang menakjubkan.



Para astronom menggunakan teleskop Hubble untuk mempelajari aurora di kutub Jupiter dalam upaya untuk mengungkap apa yang menyebabkan pertunjukkan cahaya masif ini.

NASA menjelaskan bahwa aurora terbentuk ketika partikel energi tinggi memasuki atmosfer sebuah planet di dekat kutub magnet dan bertabrakan dengan atom gas.

Penelitian ini untuk mendukung pengukuran yang akan dilakukan oleh NASA Juno,yang akan tiba di Jupiter 4 Juli nanti. Dan juga untuk mengetahui bagaimana berbagai komponen aurora Jupiter menanggapi kondisi yang berbeda dalam angin matahari, aliran partikel bermuatan yang dikeluarkan oleh matahari.

"Aurora ini sangat dramatis dan paling aktif yang pernah saya lihat", kata Jonathan Nichols dari University of Leicester, Inggris, dan peneliti utama studi tersebut. "Ia tampaknya seperti berpesta, Jupiter berpesta kembang api untuk menyambut kedatangan Juno."

Saat Hubble mengamati dan mengukur aurora di Jupiter, Juno akan mengukur sifat dari angin matahari itu sendiri; sebuah kolaborasi yang sempurna antara teleskop dan wahana antariksa.

Untuk menyoroti perubahan aurora, Hubble mengamati Jupiter hampir setiap hari selama beberapa bulan.
More aboutHubble Potret Aurora Raksasa Di Jupiter

NASA Perpanjang Misi New Horizons Hingga 2021

NASA New Horizons

intipluarangkasa ~ Setelah sukses melakukan terbang lintas bersejarah dekat Pluto, wahana antariksa NASA New Horizons kini bersiap mengemban tugas baru.

Tim misi telah menerima lampu hijau dari NASA untuk terbang lebih jauh ke dalam Sabuk Kuiper.




Misi New Horizons ini akan melakukan terbang lintas dengan objek es kuno bernama 2014 MU69 pada tanggal 1 Januari 2019.

"Misi New Horizons untuk Pluto melebihi harapan kami dan bahkan hari ini data dari pesawat ruang angkasa terus mengejutkan," kata Direktur NASA Planetary Science Jim Green.


Selain memperpanjang misi New Horizons, NASA mengatakan bahwa wahana antariksa NASA Dawn harus tetap di planet kerdil Ceres dibanding pergi menuju Adeona, sebuah asteroid yang juga terletak di sabuk utama astroid.

"Pemantauan jangka panjang dari Ceres, terutama karena saat ini lebih dekat dengan perihelion - jarak terdekat ke matahari - memiliki potensi untuk memberikan penemuan sains lebih penting dibanding terbang lintas dekat Adeona," kata Green dalam sebuah pernyataan.

Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), Mars Atmosphere and Volatile EvolutioN (MAVEN), Rover Mars Opportunity dan Curiosity, pengorbit Mars Odyssey, Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) dan dukungan NASA untuk misi ESA Mars Express juga telah mendapat perpanjangan.

Misi New Horizons juga diperpanjang sampai tahun 2021.
More aboutNASA Perpanjang Misi New Horizons Hingga 2021

Astronom Temukan Tiga Exoplanet "Qatar"

Perbandingan ukuran Bumi dan planet Qatar

intipluarangkasa ~ Sebuah laporan baru-baru ini menyebutkan bahwa tiga exoplanet "Hot Jupiter" baru saja ditemukan oleh tim internasional.

Planet-planet ini diberi nama Qatar-3b, Qatar-4b, dan Qatar-5b, yang diidentifikasi oleh Qatar Exoplanet Survey (QES), yang dioperasikan oleh Qatar Environment and Energy Research Institute (QEERI) yang merupakan bagian dari Hamad Bin Khalifa University ( HBKU) di Doha, Qatar. Survei ini melibatkan sistem kamera robot wide-field di New Mexico untuk memindai alam semesta mencari planet gas raksasa saat mereka melintas di didapan bintang induknya.



Dan sejauh ini, proyek ini telah menghasilkan hasil pada tahun 2010 dan 2011, terdeteksi Qatar-1b dan Qatar-2b, dan sekarang telah menemukan tiga exoplanets baru lagi.

Baru-baru ini, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh Khalid Al-Subai, direktur eksekutif QEERI, melihat tiga transit baru melalui QES. Para ilmuwan segera melakukan pengamatan tindak lanjut untuk menentukan karakteristik fisik dari planet yang baru terdeteksi. Untuk tujuan ini, mereka menggunakan Tillinghast Reflector Echelle Spectrograph (TRES) di Fred L. Whipple Observatory di Gunung Hopkins, Arizona dan teleskop Zeiss di Calar Alto Observatory di Spanyol.

Karakter Rinci Planet Baru

Mereka menemukan bahwa ketiga planet ini adalah "hot Jupiters," atau planet gas raksasa yang memiliki karakteristik mirip dengan Jupiter tetapi mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya.  

Kelas planet seperti ini mengorbit di sekitar bintang induknya hanya dalam waktu kurang dari 10 hari dan mereka juga memiliki suhu permukaan yang sangat tinggi karena mereka begitu dekat dengan bintang induknya. Ketiga exoplanets ini memiliki suhu berkisar dari 1.400 K samapi 1700 K (1.130 C sampai 1430 C).

Dari ketiga planet ini, Qatar-4b memiliki radius yang paling besar dan paling masif. Memiliki radius 1,55 kali dari diameter Jupiter dan massa 6 kali lebih besar dari Jupiter. Planet ini menyelesaikan mengorbit bintang indunya hanya 1,8 hari.

Qatar-3b dan Qatar-5b lebih kecil, memiliki ukuran dan massa yang mirip. Keduanya memiliki diameter 1,1 kali dari Jupiter dan massa sekitar 4,3 kali massa Jupiter. Perbedaan utama antara keduanya adalah panjang orbitnya; Qatar-3b mengorbit bintang induknya dua setengah hari, sementara Qatar-5b memakan waktu sekitar tiga hari.

Dari semua itu, penelitian ini menunjukkan nilai dari survei berbasis darat seperti QES telah membantu menciptakan gambaran yang lebih lengkap dari keluarga Jupiter panas. Dengan sedikit keberuntungan, lebih banyak pekerjaan akan dilakukan dengan cara ini yang akan membantu mengisi kesenjangan seperti asal Jupiters panas dan bagaimana mereka membentuk.
More aboutAstronom Temukan Tiga Exoplanet "Qatar"

NASA Juno Telah Memasuki Magnetosfer Jupiter


intipluarangkasa ~ Saat ini, wahana antariksa NASA Juno telah memasuki magnetosfer Jupiter.

"Kami baru saja menyeberangi batas menuju kandang Jupiter," kata peneliti utama Juno  Scott Bolton dari Southwest Research Institute di San Antonio. "Kami mendekat dengan cepat ke planet itu dan sudah mendapatkan data berharga."

Instrumen sains di Juno telah mendeteksi perubahan partikel di sekitar pesawat ruang angkasa saat melintas dari lingkungan antar planet yang didominasi oleh angin matahari ke magnetosfer Jupiter.



Pada tanggal 24 Juni, pesawat ruang angkasa ini melewati busur kejut luar magnetosfer Jupiter - di wilayah ini, gerakan partikel dalam ruang dikendalikan oleh apa yang terjadi di dalam Jupiter.

Data dari penyelidikan gelombang Juno, disajikan sebagai stream audio dan animasi warna, saat pesawat ruang angkasa memasuki ranah jupiter pada 24 Juni dan transit ke dalam kepadatan magnetosfer yang lebih rendah pada 25 Juni.

"Busur kejut ini sama dengan sonic boom," kata William Kurth dari University of Iowa di Iowa City, pemimpin rekan penyidik untuk penyelidikan Waves. "Angin Matahari bertiup melewati semua planet pada kecepatan sekitar satu juta mil per jam, dan di mana menyentuh hambatan, akan menghasilkan turbulensi ini."

Hambatan ini adalah magnetosfer Jupiter, yang merupakan struktur terbesar di tata surya.



"Jika magnetosfer Jupiter bersinar dalam cahaya tampak, itu akan terlihat dua kali lebih besar dari ukuran bulan purnama seperti yang terlihat dari Bumi," kata Kurth. Dalam dimensi lebih kecil, struktur ini berbentuk seperti tetesan air mata.

Wahana antariksa NASA Juno diluncurkan pada 5 Agustus 2011 dari Cape Canaveral, Florida dan akan membantu memecahkan misteri Jupiter dengan melihat interiornya.
More aboutNASA Juno Telah Memasuki Magnetosfer Jupiter

Tujuh Fakta Menarik Wahana Antariksa NASA Juno


intipluarangkasa ~ Tak lama lagi, wahana antariksa NASA Juno akan tiba di Jupiter setelah melakukan perjalanan 5 tahun. Wahana ini akan mempelajari struktur dan evolusi planet terbesar di tata surya kita dari orbit, mengambil pengukuran selama lebih dari satu tahun meskipun lingkungan Jupiter dipenuhi radiasi yang kuat.

"Jupiter adalah planet dengan steroid dalam tata surya kita, segala sesuatu tentang dia pasti tergolong ekstrim," kata peneliti utama Juno, Scott Bolton, dari Southwest Research Institute di San Antonio.



Misi ini memiliki beberapa tujuan sains utama. Salah satunya adalah untuk mengetahui seberapa banyak air di dalam Jupiter, yang harus memberikan kita pandangan tentang jumlah air yang hadir di tata surya awal.

Ilmuwan Juno juga berharap untuk memetakan interior Jupiter, ingin mengetahui apakan planet ini memiliki inti batu. Informasi tersebut akan membantu para peneliti mempelajari lebih lanjut tentang proses pembentukan planet pada umumnya.

Dan berikut 7 hal yang perlu anda ketahui tentang misi Juno

1. Radiasi Jupiter Akan Memborbardir Juno

Juno dijadwalkan mengorbit Jupiter selama sekitar 20 bulan. Pesawat ruang angkasa ini kemungkinan besar tidak bisa bertahan lebih lama dari itu, karena lingkungan Jupiter memiliki radiasi sangat kuat.

Misalnya, medan magnet planet ini sekitar 20.000 kali lebih kuat dari Bumi, sehingga Juno harus menahan dampak oleh banyak partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan supercepat.


NASA telah melakukan hal terbaik untuk menjaga wahana nya tetap aman disana. Juno memiliki kubah pelindung radiasi elektronik, pertama dari jenisnya. Kubah ini adalah sebuah kubus seukuran bagasi SUV, terbuat dari titanium dengan ketebalan sekitar 0,3 inci (0,8 cm). Di dalamnya terdapat beberapa bagian Juno yang paling berharga, seperti otaknya (bagian penanganan data dan perintah) serta 20 komponen elektronik utama lainnya. Dengan instrumen itu di dalamnya, kubah ini memiliki massa sekitar 200 kilogram.

2. Juno Hanya Memiliki Ruang Perangkat Keras Mirip Laptop Anda 

Komputer utama pesawat ruang angkasa ini memiliki memori seperti laptop. Komputer ini memiliki 256 MB memori flash - untuk melindungi data apabila terjadi gangguan listrik - dan 128 megabyte memori dynamic random-access (DRAM).

Mengapa tidak memberikan Juno lebih banyak memori? pesawat ruang angkasa ini menggunakan komputer single-board BAE Systems RAD750, yang dirancang agar terlindungi dari radiasi yang tinggi. Komputer ini telah digunakan berkali-kali di ruang angkasa, termasuk untuk misi NASA seperti wahana Van Allen (yang terbang melalui sabuk radiasi Bumi), Mars Reconnaissance Orbiter dan Mars rover Curiosity.

3. Wahana Bertenaga Surya Paling Jauh Dari Bumi

Juno telah pergi jauh ke luar angkasa dibanding wahana antariksa bertenaga surya lainnya. Pesawat ruang angkasa ini membuat rekor pada bulan Januari, ketika berjarak sekitar 493 juta mil (793.000.000 kilometer) dari matahari, melebihi jarak dari ESA Rosetta yang saat ini tengah berurusan dengan komet 67P / Churyumov-Gerasimenko.

Kebanyakan pesawat ruang angkasa yang menjelajah begitu jauh dari matahari harus menggunakan tenaga nuklir untuk terus berjalan. Tapi Juno mampu menghasilkan daya yang cukup, berkat tiga panel surya yang besar, masing-masing memiliki panjang 30 kaki (9 meter). Panel ini akan menghasilkan sekitar 500 watt di Jupiter.

4. Juno Akan berputar Saat Melakukan Pekerjaan Ilmiah

Juno akan berputar untuk tetap stabil, strategi ini meminjam desain probe tua NASA Pioneer. Dua wahana Pioneer (Pioneer 10 dan 11) berlayar ke Jupiter pada tahun 1973 dan sampai sekarang masih berlayar keluar tata surya kita, meskipun ia saat ini sendirian; NASA kehilangan kontak dengan Pioneer 10 pada tahun 2003 dan Pioneer 11 pada tahun 1995.

Tingkat putaran Juno sedikit bervariasi selama perjalanannya sejauh ini. Ketika menyalakan mesin utama, Juno berputar sampai 5 putaran per menit (RPM). Selama periode menjelajah, tingkat putarannya menjadi 1 RPM.

Namun ketika melakukan operasi sains, Juno akan berputar 2 RPM. Pada tingkat ini, bidang pandang Juno akan bergerak melintasi Jupiter 400 kali selama satu perjalanan dari kutub ke kutub. Pesawat ruang angkasa ini tidak akan menggunakan "scan platform" untuk mengarahkan instrumen di karenakan desainnya yang berputar.

5. Juno Butuh Hampir 3 Bulan Untuk Memasuki Orbit Akhirnya di Sekitar Jupiter

Setelah Juno memasukkan dirinya ke dalam orbit Jupiter, wahana ini akan menghabiskan 107 hari dalam sesuatu yang disebut "capture orbit." Para ilmuwan memilih untuk mengambil jalan panjang ini dan bukannya memasukkan Juno langsung ke orbit akhirnya, karena rute langsung akan memerlukan banyak bahan bakar.

Penangkapan orbit tidak hanya menghemat bahan bakar, tetapi juga memberikan para ilmuwan misi kesempatan untuk memeriksa instrumen mereka dan memulai observasi sains dari jauh. Menurut NASA, tim akan mulai menggunakan semua instrumen untuk mengumpulkan data 50 jam setelah Juno dimasukkan ke orbit Jupiter.

6. Juno Memiliki Orbit Akhir Yang Tidak Biasa

Cara terbaik untuk memetakan dunia manapun adalah dengan menggerakkan pesawat ruang angkasa berulang kali di kutub. Maka seluruh dunia bisa berputar di bawah probe, yang memungkinkan untuk memetakan setiap bagian dari permukaannya. Tapi di Jupiter, ada gesekan - di dekat planet ini, radiasi sangat tinggi sehingga sangat berpotensi merusak wahana.


Sebagai cara untuk meminimalkan paparan radiasi, Juno akan terbang dalam orbit yang sangat memanjang. Di ujung selatan dari orbitnya, Juno akan berada pada posisi paling dekat ke Jupiter: hanya 3.100 mil (5.000 kilometer). Tapi saat meninggalkan wilayah kutub selatan, Juno akan terbang keluar, di luar orbit bulan Callisto, yang terletak sekitar 1,2 juta mil (1,9 juta km) dari Jupiter.

Orbit yang sangat elips ini juga akan menjaga panel surya Juno tetap di bawah sinar matahari, kata pejabat NASA.

7. Kematian Juno Yang Dramatis

Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ada makhluk hidup yang sangat kuat dan gigih. Mikroba bumi telah di temukan berkembang dalam ventilasi laut dalam tyang panas dan mendidih di dasar laut, dan beberapa bahkan dapat bertahan dalam paparan lingkungan yang keras di ruang angkasa.

Sangat mungkin beberapa organisme Bumi mungkin masih hidup di atasJuno. Para ilmuwan dan pejabat NASA tidak ingin mikroba tersebut mencemari lautan bulan Jupiter, Europa - salah satu tempat terbaik di tata surya untuk memiliki kehidupan alien - atau satelit Jovian lain seperti Ganymede dan Callisto.

Jadi pada akhir misinya, Juno akan melakukan manuver 5,5 hari yang akan ditabrakkan ke atmosfer Jupiter denga sengaja. Misi ini dijadwalkan akan berakhir pada bulan Februari 2018, tetapi dapat diperpanjang sedikit.
More aboutTujuh Fakta Menarik Wahana Antariksa NASA Juno

Jadwal Fenomena Astronomi Di Bulan Juli 2016


intipluarangkasa ~ Berikut ini adalah beberapa event atau fenomena astronomi yang akan terjadi pada bulan Juli 2016.

1. Bulan Di Perigee [Terjauh] (1 Juli 2016)  

Bulan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada jarak 365.983 km dari Bumi.

2. Perihelion Merkurius (2 Juli 2016)

Planet ini akan berada pada posisi terdekatnya dengan Matahari.

3. Bulan Baru (4 Juli 2016)

Bulan akan berada di antara Bumi dan Matahari,dan tidak akan terlihat dari Bumi. Ini adalah kesempatan bagus untuk mengobservasi objek luar angkasa karena tidak adanya cahaya bulan yang mengganggu.



4. NASA Juno Tiba Di Sistim Jupiter (4 Juli 2016)

Wahana antariksa NASA Juno dijadwalkan tiba di Jupiter setelah melakukan perjalanan lima tahun. Diluncurkan pada tanggal 5 Agustus 2011, Juno akan dimasukkan ke dalam orbit kutub disekitar Jupiter pada tanggal 4 Juli 2016. Dari orbit ini, pesawat ruang angkasa ini akan mempelajari atmosfer Jupiter dan medan magnet. Juno akan tetap berada di orbit sampai Oktober 2017 dan kemudian dijatuhkan untuk menabrak Jupiter.

5. Aphelion Bumi (4 Juli 2016)

Bumi mencapai titik terjauh dari Matahari dengan jarak 1,01675 AU.

6. Perihelion Venus (11 Juli 2016)

Venus akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari.

7. Bulan Di Apogee [Terjauh] (13 Juli 2016)  

Bulan mencapai titik terjauhnya dari Bumi pada jarak 404.272 km dari Bumi.

8. Bulan Purnama (20 Juli 2016)

Bumi berada di antara Matahari dan Bulan sehingga Bulan akan sepenuhnya terang seperti yang terlihat dari Bumi. Bulan purnama ini dikenal oleh suku asli Amerika sebagai Full Buck Moon karena ini adalah saat dimana rusa jantan menumbuhkan tanduk baru di tahun ini. Bulan ini juga telah dikenal sebagai Full Thunder Moon dan Full Hay Moon.

9. Bulan Di Perigee [Terjauh] (27 Juli 2016)  

Bulan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada jarak 369.659 km dari Bumi.

10. Hujan Meteor Delta Aquarids (28-29 Juli 2016)

Delta Aquarids adalah hujan meteor dengan intensitas sedang yang dapat memproduksi hingga 20 meteor per jam pada puncaknya. Meteor ini dihasilkan oleh puing-puing yang ditinggalkan oleh komet Marsden dan Kracht.  

Hujan meteor ini berjalan setiap tahun dari 12 Juli sampai 23 Agustus. Puncaknya tahun ini terjadi pada malam 28 Juli dan pagi 29 Juli. Untuk melihatnya dengan baik, carilah lokasi yang gelap setelah tengah malam. Meteor akan memancar dari konstelasi Aquarius, tetapi dapat muncul di mana saja di langit.
More aboutJadwal Fenomena Astronomi Di Bulan Juli 2016

Wahana Juno Ambil Citra Jupiter Beserta 4 Bulan Besarnya


intipluarangkasa ~ Hanya beberapa hari menjelang kedatangannya di planet raksasa Jupiter, wahana antariksa NASA Juno telah melihat dan mengambil gambar warna Jupiter dan empat bulan terbesarnya.

Pada tanggal 21 Juni, 2016, Juno memotret pandangan warna empat bulan terbesar Jupiter - Io, Europa, Ganymede dan Callisto - saat ia berjarak 6,8 juta mil (10,9 juta kilometer) dari planet Jupiter.




Sebagai Juno membuat pendekatan awal, itu mampu menangkap gambar ini spektakuler Jupiter, empat bulan terbesarnya, dan lampu bolak dan band gelap awan planet.




Foto itu ditangkap oleh kamera pencitraan misi, disebut JunoCam, yang dirancang untuk memperoleh tampilan resolusi tinggi fitur di atmosfer Jupiter dari jarak sangat dekat dengan planet ini.

Juno, diluncurkan pada tahun 2011 dan akan tiba di Jupiter pada 4 Juli 2016

Juno juga akan meningkatkan pemahaman kita tentang awal tata surya dengan mengungkapkan asal mula dan evolusi Jupiter.
More aboutWahana Juno Ambil Citra Jupiter Beserta 4 Bulan Besarnya