Ilustrasi Planet Kesembilan di tepi Tata Surya. Kredit: Caltech/R. Hurt (IPAC)
Para astronom yang memicu penurunan pangkat Pluto dari status planet menjadi planet katai berharap bisa menggantinya dengan Planet Kesembilan yang baru, yang saat ini telah mendapatkan bukti baru atas keberadaannya di tepi Tata Suyra. Namun para astronom kini masih belum memiliki bukti visual dari planet hipotesis tersebut.
Dr Michael Brown dari Institut Teknologi California, AS mengirim proposal makalah penelitian yang menjelaskan keberadaan Planet Kesembilan yang baru. Planet hipotesis ini, menurut Brown, mungkin berjarak terlalu jauh untuk dapat dilihat melalui mata maupun teleskop.
Planet ini juga diperkirakan memiliki orbit memanjang yang akan bisa membawanya cukup dekat dengan Matahari hingga berada jauh ke Sabuk Kuipter untuk mengganggu setiap komet dan planet kerdil yang dilewati.
Brown berpendapat bahwa pola orbit dari beberapa benda langit di tepi Tata Surya menunjukkan mereka semua telah digiring ke sebuah tempat oleh sesuatu dengan massa yang sama dengan Planet Neptunus.
Bukti terbaru dari Planet Kesembilan adalah pengumuman pada kolokium SETI dari Obyek Sabuk Kuiper (KBO). SETI mengatakan ada sesuatu yang mengorbit pada jarak antara 30 dan 50 SA (Satuan Astronomi), dengan 1 SA setara jarak Bumi ke Matahari.
Sekadar informasi, pada bulan Januari lalu, Brown sempat mengajukan bukti adanya Planet Kesembilan di tata surya. Brown menuturkan planet tersebut memiliki ukuran yang sama dengan Neptunus. Selain itu, memiliki jarak yang sangat jauh, yaitu sekitar 10 sampai 20 kali lipat dibandingkan Pluto.
Namun, gagasan Brown itu ternyata bertentangan dengan pernyataan NASA beberapa tahun lalu. Ketika itu, NASA memastikan tidak menemukan planet baru yang diperkirakan berada di sekitar Pluto.
Dari pengamatan Brown ternyata diketahui ada anomali pergerakan dari objek-objek tersebut. Brown menuturkan perbedaan pergerakan tersebut mencirikan sebuah benda angkasa yang jauh lebih besar telah mempengaruhi pergerakan objek di Sabuk Kuiper tersebut.
Pergerakan objek tersebut pertama kali diketahui oleh Teleksop Hawaii Canada France beberapa waktu lalu. Teleskop itu sendiri digunakan sebagai Outer Solar System Origins Survey (OSSOS), atau teleskop yang dipakai untuk mengetahui pergerakan di batas sistem Tata Surya.
Kendati belum diperhitungkan secara rinci, Brown menuturkan temuan ini menjadi salah satu penguat bukti adanya planet kesembilan di Tata Surya. Bahkan, ia menuturkan kemungkinan adanya planet kesembilan naik menjadi 0,001 persen atau lebih.