Data ilmiah baru telah menyebabkan SETI Institute percaya bahwa sistem yang mengorbit bintang kerdil merah, bintang redup yang berumur panjang, rata-rata berusia miliaran tahun lebih tua dari Matahari, patut kita selidiki.
"Ini mungkin salah satu contoh di mana lebih tua lebih baik," kata astronom Seth Shostak dari SETI yang berbasis di California, SETI adalah singkatan dari Search for Extraterrestrial Intelligence.
"Sistim Tata Surya yang lebih tua memiliki lebih banyak waktu menghasilkan spesies cerdas".
Untuk melakukan hal ini, para ilmuwan akan menggunakan SETI Institute Allen Telescope Array di California utara, sekelompok 42 antena yang dapat mengamati tiga bintang secara bersamaan.
"Kami akan meneliti sistem yang ditargetkan dalam beberapa band frekuensi antara 1 dan 10 GHz," kata ilmuwan SETI Gerry Harp.
"Kira-kira setengah dari band-band ini akan di disebut 'magic frequencies'-tempat di sambungan radio yang secara langsung berhubungan dengan konstanta matematika dasar," tambahnya.
"Itu wajar untuk berspekulasi bahwa makhluk luar angkasa mencoba menarik perhatian mungkin menggunakan sinyal pada frekuensi khusus."
Untuk waktu yang lama, para ilmuwan mengesampingkan mencari di sekitar bintang kerdil merah karena zona layak huni di sekitar bintang-bintang ini sangat kecil.
Setiap planet yang mengorbit mereka akan begitu dekat sehingga satu sisi akan terus menghadapi bintang, membuat salah satu sisi planet itu akan sangat panas dan lainnya cukup dingin dan gelap.
Tapi baru-baru, para ilmuwan telah mempelajari bahwa panas dapat diangkut dari sisi terang planet ke sisi gelapnya, dan banyak permukaan bisa menopang kehidupan.
"Selain itu, data exoplanet telah menyarankan bahwa antara satu perenam dan satu setengah dari bintang katai merah memiliki planet di zona layak huni mereka, persentase sebanding dengan, dan mungkin lebih besar dari bintang seperti Matahari," kata pernyataan itu.
Para ahli telah berburu makluk cerdas asing selama enam dekade, namun belum menemukan bukti apa pun.