Ilustrasi NASA OSIRIS-REx di asteroid Bennu |
intipluarangkasa ~ Dalam upaya untuk menyelamatkan bumi dari peristiwa bencana di masa depan, NASA meluncurkan probe untuk mempelajari asteroid dekat Bumi yang bisa menabrak planet ini di akhir abad 22.
Asteroid tersebut bernama Bennu, memiliki lebar 1.650 kaki (500 m), memang bisa menyerang kita dan menyebabkan kerusakan besar, meskipun para ahli mengatakan ia memiliki kemungkinan 1 : 2.700 untuk menghantam Bumi.
Bennu, yang melintasi orbit Bumi sekali setiap enam tahun dan melintas semakin dekat sejak ditemukan pada tahun 1999, dijadwalkan akan melintas antara bulan dan planet kita di tahun 2135.
Misi OSIRIS-Rex OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security, Regolith Explorer), dipimpin oleh NASA dan University of Arizona, berencana untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa tak berawak pada tanggal 8 September dalam upaya untuk mencapai Bennu pada Agustus 2018. OSIRIS-Rex akan diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, pada roket Atlas V411.
Menurut Dante Lauretta, profesor ilmu planet di University of Arizona dan peneliti utama pada misi OSIRIS-Rex, mengatakan "kita belum kehabisan untuk membeli asuransi asteroid".
OSIRIS-Rex akan mengorbit Matahari selama satu tahun dan kemudian menggunakan medan gravitasi bumi untuk membantunya dalam perjalanan ke Bennu.
Dan pada bulan Agustus 2018, pendekatan OSIRIS-Rex pada Bennu akan dimulai.
Wahana ini akan menggunakan sebuah array dari pendorong roket kecil untuk mencocokkan kecepatan Bennu dan melakukan pertemuan dengan asteroid itu.
Wahana ini akan memulai survei rinci dari Bennu dua bulan setelah melambat saat benar-benar bertemu Bennu.
"Proses ini akan berlangsung lebih dari setahun, dan, sebagai bagian dari itu, OSIRIS-Rex akan memetakan lokasi sampel potensial".
Setelah pemilihan lokasi akhir, pesawat ruang angkasa akan menyentuh permukaan Bennu dengan cepat untuk mengambil sampel.
Lengan pengambil sampel akan melakukan kontak dengan permukaan Bennu sekitar lima detik dan melepaskan ledakan gas nitrogen.
Prosedur ini akan menyebabkan batu dan material permukaan terlempar dan ditangkap oleh kepala sampler.
"Pada bulan Maret 2021, sampel dari asteroid ini akan dikirim kembali ke Bumi, tiba dua setengah tahun kemudian pada bulan September 2023."
Selama dua tahun setelah sampel itu kembali, tim sains mengkatalogkan sampel dan melakukan analisis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan sains misi.
NASA akan mempertahankan setidaknya 75 persen dari sampel itu di NASA Johnson Space Flight Center di Houston untuk penelitian lebih lanjut oleh para ilmuwan di seluruh dunia, termasuk generasi ilmuwan masa depan.