Ilustrasi 2007 OR10 alias Putri Salju. Kredit: NASA
Sementara Planet Kesembilan belum juga dikonfirmasi keberadannya, para astronom baru saja mengetahui sebuah objek yang jauh di tepi Tata Surya kita yang dijuluki "Snow White" alias "Putri Salju", ternyata berukuran jauh lebih besar daripada dugaan sebelumnya, dan menjadikannya planet kerdil terbesar ketiga di Tata Surya.
Putri Salju diperkirakan memiliki diameter 1.535 kilometer, yang sebelumnya diduga berdiameter 1.280 km. "Putri Salju" sendiri sebenarnya hanya julukan, planet kerdil ini memiliki kode 2007 OR10, dan belum memiliki nama yang resmi diberikan oleh International Astronomical Union (IAU).
Jika pengukuran baru ini sudah akurat, planet kerdil Putri Salju akan benar-benar berada di urutan ketika planet kerdil terbesar di Tata Surya kita, setelah Pluto dan Eris, yang masing-masing memiliki diameter sekitar 2.374 km dan 2.236 km,
Tempat keempat adalah milik planet kerdil Haumea, yang berdiameter 1.920 km, dan Haumea memiliki bentuk unik yang memanjang bagai telur. Sedangkan tempat kelima adalah milik Makemake, dengan diameter sekitar 1.430 km.
Namun, ada beberapa ketidakpastian tentang ukuran Putri Salju yang baru ditentukan ini; diameter Putri Salju sebenarnya bisa besar menjadi 1.610 km lebih kecil menjadi 1.310 km. Studi yang mempelajari ukuran Putri Salju ini telah dipublikasikan dalam The Astronomical Journal.
Salah satu orang yang menemukan Putri Salju pada tahun 2007, yakni astronom dari California Institute of Technology Mike Brown, mendesak para astronom lain untuk mengecilkan batas ketidakpastian ini sebelum memberikan predikat planet kerdil terbesar ketiga untuk Putri Salju. Mike Brown adalah salah satu astronom yang mendukung Pluto diturunkan statusnya dari "Planet" menjadi "Planet Kerdil" tahun 2006.
Planet-planet kerdil terbesar di Tata Surya kita. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL
Sebuah Planet Kerdil yang Misterius
Putri Salju mengorbit Matahari setiap 547,5 tahun pada jalur orbit yang sangat elips, jarak terdekatnya dengan Matahari adalah 33 SA dan jarak terjauhny adalah 101 SA. Di mana 1 SA adalah jarak rata-rata dari Bumi ke Matahari, yakni 150 juta km. Sebagai perbandingan, Pluto mengorbit Matahari pada jarak rata-rata 39,5 SA, dan melengkapi satu putaran penuh (revolusi) setiap 248 tahun.
Revisi ukuran Putri Salju ini benar-benar membantu para astronom untuk lebih memahami komposisi dan evolusinya. Menurut penelitian ini, Putri Salju mungkin memiliki permukaan yang lebih gelap daripada yang para astronom duga sebelumnya. Pengamatan sebelumnya menyatakan Putri Salju berwarna kemerahan pada permukaannya, yang disebabkan kehadiran es metana.
"Dengan ukuran yang lebih besar dari yang kami duga, mungkin planet kerdil ini tertutupi oleh es volatil metana, karbon monoksida dan nitrogen. Sebab jika ukurannya lebih kecil, material atau zat-zat ini akan dengan mudah hilang ke angkasa karena menguap," tutur penulis utama Andr�s P�l, dari Konkoly Observatory di Budapest , Hungaria.
P�l dan rekan-rekannya telah mempelajari pengamatan Putri Salju yang dilakukan baru-baru ini oleh Teleskop Antariksa Kepler milik NASA, serta data arsip yang dikumpulkan oleh Agensi Antariksa Eropa melaui instrumen inframerah Herschel Space Observatory, yang telah berhenti beroperasi pada April 2013.
Kepler mengukur reflektifitas Putri Salju, dan data Herschel memungkinkan P�l dan rekan-rekannya untuk menentukan berapa banyak radiasi Matahari yang diserap oleh sang planet kerdil dan kemudian dipancarkan sebagai panas. Menggabungkan dua jenis informasi ini adalah yang memungkinkan P�l dan rekan-rekannya untuk menghitung ukuran Putri Salju lebih akurat.